~KAYA RASA, KAYA MAKNA
Memberi, memberi, memberi.
Lihat bagaimana hidupmu menjadi sejuk dan lembut setelah rajin memberi”.
Saat memberi sebenarnya orang tidak saja mengurangi beban pihak lain, tetapi juga sedang membangun potensi kebajikan dalam diri. Ini yang kelak memancarkan kebahagiaan.
Dalai Lama kerap menitikkan air mata saat membacakan doa ini, ”Semasih ada ruang, semasih ada makhluk. Izinkan saya terus terlahir ke tempat ini agar ada yang membantu semua makhluk keluar dari penderitaan.”
~AGAMA SAYA CINTA
Jembatan terpenting yang menghubungkan antara pengetahuan spiritual dengan pencapaian spiritual adalah latihan.
‘Keseharian kita adalah tempat ibadah kita yang sebenarnya’.(Kahlil Gibran)
Agama saya yang sebenarnya adalah kebaikan.(Dalai Lama)
Ini mirip dengan cerita tentang mahasiswa Melbourne di depan yang tidak menaikkan tangan ketika ditanya punya agama atau tidak. Namun kesehariannya rajin membantu, sekaligus jarang menyakiti. Sebagian dari orang-orang ini sambil berguman mengatakan: ‘agama saya Cinta’.
~BAHAGIA MENJADI NOMOR DUA
’You are important, he is important, I am not’. (Master Hsing Yun)
Rahasia di balik semua ini juga serupa: musnahnya semua ego, kemudian hanya menyisakan kebajikan.
Tersentuh (apa lagi sampai menitikkan air mata) adalah pengalaman batin yang menawan.
Bila pencinta nomer satu berfokus pada menjadi benar dan hebat, kesejukan ala cemara berfokus pada menjadi baik dan menyentuh.
~BERJUMPA CINTA DI MANA-MANA
Wajah kehidupan yang terlihat tergantung pada siapa diri kita di dalam. Bila di dalamnya cinta, manusia berjumpa cinta di mana-mana. Jika di dalamnya kebencian, manusia menemukan kebencian di mana-mana.
‘Dalam rasa berkecukupanlah letak kekayaan teragung’
Kesediaan untuk mendengarkan adalah sebuah penyegar banyak kepengapan jiwa di zaman ini.
Dan bila harus berbicara, berbicaralah dengan bahasa-bahasa cinta.
‘Cintamu adalah dirimu yang sesungguhnya’
Ia yang meninggal dengan cinta kasih, menjadi lilin penerang banyak perjalanan.
~CINTA, KEDAMAIAN, PENCERAHAN
Tantangan agama-agama ke depan adalah memuaskan rasa dahaga manusia akan kedamaian.
God is an infinite compassion. Teduh, menyentuh, itulah wajah asli agama-agama.
Dalam aktivitas apa pun (bangun, makan, bekerja sampai tidur lagi) lakukanlah dengan penuh kesadaran.
Teruslah berlatih sampai tidak ada lagi yang tersisa (kemarahan menghilang, kedamaian menghilang), terkecuali kesadaran agung.
Dibimbing cinta manusia bertemu keteduhan, kesejukan kedamaian. Kedamaian kemudian membukakan pintu pencerahan.
~DAMAI DI SETIAP LANGKAH
Manusia cerdas dan keras sekali mempersiapkan diri menyongsong masa depan. Namun sering gagal menikmati dan mensyukurinya.
Dengan badan sekarang, umur sekarang, kekayaan materi sekarang belajarlah memeluk semuanya dengan senyuman dan persahabatan.
Andaikan kita tersesat di luar angkasa, mimpi terindah yang ingin segera terealisasi adalah melangkahkan kaki di planet indah bumi ini.
Transformasi kedamaian dunia melalui kedamaian diri.
Bernafaslah, engkau masih hidup!
~DERITA KUTA, DERITA KITA
Bali sedang berbagi cahaya-cahaya pemahaman, Bali adalah pusaka perdamaian dunia.
Derita memang berwajah ganda: menyakiti atau membuat suci.
Derita membuat suci, bila manusia sadar sedalam-dalamnya kalau dalam derita juga ada bimbingan-bimbingan kehidupan.
Apa pun yang dilakukan manusia dalam jejaring ini (baik-buruk, suci-kotor, benar-salah) akan kembali ke dirinya.
Siapa saja yang telah diterangi pemahaman ‘derita membuka jendela cinta’, tahu kalau derita juga sebentuk cahaya penerang perjalanan.
~HAJI BAMBANG BERJUMPA TUHAN
Meminjam pendapat Dalai Lama, Tuhan adalah cinta kasih yang tidak terbatas. Kalau ini pengertiannya, Haji Bambang, Nyoman Bagiana Karang, dkk telah berjumpa Tuhan (baca: cinta kasih tidak terbatas), sekaligus menjadi bukti bahwa dengan cinta kasihlah kebencian, kemarahan, dendam, ceceran darah manusia akibat perang dan perkelahian, bisa dihentikan sampai ke akar-akarnya yang paling dalam.
Siapa yang mengisi hidupnya dengan cinta kasih, maka kebahagiaan hasil ikutannya. Bila kehidupan diisi oleh kemarahan, maka penderitaan buahnya.
~KEKERASAN, KEBENCIAN, KELEMBUTAN, KEBEBASAN
Kekerasan tidak akan pernah selesai oleh kekerasan.
Hanya kelembutan yang bisa merangkul sekaligus menyelesaikan kekerasan.
Tidak ada satu pun hal dalam hidup (yang menjengkelkan, yang menyedihkan, yang menyenangkan) yang tidak membawa manusia pada pencerahan dan pembebasan. Namun, pintu itu baru terbuka tatkala manusia menyadari kalau semua yang terjadi hanyalah cara guru (guru manifestation) membimbing kita.
~KEINDAHAN DI PUNCAK BOROBUDUR
Borobudur adalah sebuah ‘buku tua’ yang terbuka.
Diingatkan di pintu awal, hati-hati dengan ego. Membuka mulut atas nama ego, beresiko demikian besar.
Temukan keBuddhaan di Borobudur dengan dua spirit: lembut pada orang lain, penuh ketekunan pada diri sendiri.
Dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, jadilah compassionate witness (saksi penuh kasih) terhadap apa saja yang muncul ketika meditasi.
Borobudur adalah perjalanan pembersihan batin dari segala kekotoran (serakah, benci, bodoh, dll).
Setiap batin yang bersih akan mengambil perlindungan hanya pada sifat- sifat bajik di dalam diri.
~KESEDIHAN, KEBAHAGIAAN, KEHENINGAN
Seperti ayunan bandul, semakin keras serta semakin bernafsu seseorang dengan kebahagiaan, semakin keras juga kesedihan menggoda.
Tatkala kebahagiaan datang, disadari betul kalau kebahagiaan akan diganti oleh kesedihan. Sehingga nafsu perayaan berlebihan agak direm. Konsekwensinya, ketika kesedihan betul-betul berkunjung, ia tidak seberapa menggoda.
Keheningan sudah berkecukupan apa adanya.
Inti pencerahan adalah tidak tersentuh.
Mengalir, mengalir, mengalir dan mengalirlah.
~MANUSIA DENGAN BERKAH AGUNG
Inilah tanda-tanda awal manusia yang mulai diterangi kebijaksanaan, keinginan dan keserakahan kembali ke tempat duduk asalnya sebagai pembantu setelah lama congkak jadi penguasa.
All souls are perfected in love.
Orang suci adalah manusia dengan batin tenang seimbang. Dalam batin seperti ini, semua arah adalah indah.
Contentment is the greatest wealth.
Ciri-ciri manusia dengan berkah agung: ’memandang perbedaan sebagai keindahan, melindungi diri dengan perisai kesabaran, kekayaannya adalah rasa berkecukupan, hidupnya diterangi matahari kesadaran, dan kalau terpaksa mengeluarkan pedang, ia mengeluarkan pedang kebijaksanaan’.
Bukan judul agama yang membuat seseorang menjadi agung, melainkan kebajikan-kebajikan dalam keseharian.
~MATAHARI PENCERAHAN
Menemukan surga hanya persoalan memilih pembanding yang tepat.
Hidup ternyata persoalan sikap. Surga maupun neraka ternyata hasil ikutan dari sikap.
siapa saja yang tekun berlatih melihat, suatu hari akan mengalami hidup diterangi cahaya kesadaran.
Kesadaran adalah jalan terang menuju Tuhan.
Pencerahan sesederhana danau biru dan bukit hijau. Sederhana, murah, meriah, indah!
~WAJAH AGAMA YANG INDAH
Agama mana pun yang gagal menjawab aspirasi damai umatnya, kemungkinan besar akan ditinggalkan.
Menghentikan semua kejahatan, memperbanyak kebajikan, memurnikan hati dan pikiran.
Sedikit musuh, banyak sahabat itulah wajah kedamaian yang mulai dijumpai di awal.
Tidak lagi tertarik untuk melakukan segala bentuk kejahatan, dan pada saat yang sama muncul rasa lapar untuk tersenyum pada semuanya.
Buka pintu pengertian melalui pelaksanaan. Inilah wajah agama yang indah: agama yang telah dilaksanakan.
Nafsu ini nafsu itu, keinginan ini keinginan itu, semuanya lenyap. Yang tersisa hanya cinta dan hanya cinta.
~MENGOLAH KEBAKARAN MENJADI KETEDUHAN
Salah satu perlambang alam yang membawa kesejukan adalah air. Secara kimiawi dirumuskan dengan H20. Hidrogen adalah bahan yang mudah terbakar. 0ksigen adalah yang memungkinkan kebakaran terjadi. Uniknya, ketika dua bahan yang sama-sama dekat dengan api ini diramu secara tepat, ia menjadi air yang sejuk, teduh, lembut.
Ia yang sering mengalami konsentrasi, di suatu waktu dibukakan pintu sejuk kebijaksanaan.
Bersihkan batin dari segala kekotoran (keserakahan, kemarahan, kebencian) kemudian lihat dan rasakan sendiri bagaimana pintu keteduhan terbuka.
Inilah ciri manusia yang sudah bisa mengolah kebakaran menjadi keteduhan: tidak serakah memilih baik di atas buruk, kemudian memancarkan sinar kasih kepada siapa saja.
Larry Rosenberg-Batin tercerahkan adalah batin yang bersahabat intim dengan semuanya termasuk dengan kematian.
Inilah wajah lain batin yang sejuk: berdoa untuk keselamatan semua.
Memberikan itu menyejukkan. Itu sebabnya, manusia berlatih berbahagia dalam memberikan.
~IBUNYA CINTA, AYAHNYA KEIKHLASAN
Pemimpin agung umumnya meramu ketegasan dan kelembutan dalam campuran yang sempurna. Tatkala menghukum, ia setegas batu. Ketika melayani, ia selembut air.
Hanya persoalan waktu, air sungai akan sampai di laut. Dan di laut seluruh kekerasan dan kelembutan (baca: dualitas) lebur menjadi satu.
Melakukan semuanya dengan cinta, menerima hasilnya dengan keikhlasan.
Bila penampilan luar (pujian, kekayaan) sudah mulai kehilangan daya tariknya, maka ada penampilan dari dalam (rasa syukur, rendah hati) yang muncul sebagai pengganti.
Sebagai Ibu, laut adalah simbolik cinta karena apa saja yang datang diolah penuh cinta. Sebagai Ayah, laut adalah wakil keikhlasan sempurna karena menerima apa saja tanpa keserakahan memilih.
Saat batin bisa beristirahat secara alami, itulah puncak meditasi.
Kehidupan yang berjumpa orang tua spiritualnya: ikhlas, bebas, lepas.
Cinta kemudian membuat semuanya berguna, bermakna.
~DALAM TERANG CAHAYA KEHENINGAN
Peradaban manusia serupa, setiap kelebihan meminta ongkos berupa kekurangan.
Alam sebagai guru bertutur terang, semuanya berubah, semuanya membawa kelebihan-kekurangan.
Sebelum menyatu dengan alam, manusia akan terus berputar dari satu penderitaan ke penderitaan lain.
Ikhlas dan rendah hatilah, ini yang membuat kematian berhenti berwajah menakutkan.
Dalam bimbingan hening, tiba-tiba terbaca makna tanpa kata-kata.
Hanya sebuah hati yang berkelimpahan dalam dirinya!
Awalnya bencana terlihat sebagai cobaan. Namun begitu dialami, ia memperkuat otot-otot kehidupan.
Dualitas memang lenyap, kasih sayang kemudian membuat kehidupan berputar.
~SIMFONI DI DALAM DIRI
Membangun rumah dan keluarga yang sejuk menjadi sebuah isu penting di zaman ini.
Rumah mana pun akan indah menawan, bila setiap kali pulang ke rumah kita saling menyirami.
Cinta baru mulai tumbuh dalam totalitas. Dalam kelebihan ada kekurangan, dalam kekurangan ada kelebihan (love as a totality).
Rumah indah kehidupan bukanlah tempat, ia adalah perjalanan itu sendiri. Siapa yang mengalir penuh harmoni dengan keseharian, ia sudah sampai di rumah.
Siapa saja yang melangkah dengan penuh cinta, perjalanannya terang benderang.
Senyuman pertanda persahabatan dengan kehidupan. Keheningan tanda tidak ada lagi yang diragukan.
Upah buat mereka yang tekun berjalan ke dalam adalah cinta, rasa terpesona dari dalam yang tidak terucapkan. Inilah simfoni di dalam diri. Simfoni yang membuat batin beristirahat sempurna dalam hening. Apa yang ditakuti manusia sebagai kematian, ia sesederhana daun jatuh dari rantingnya.
~PEMBAWA-PEMBAWA CAHAYA
Danau dengan airnya adalah simbolik kelembutan. Gunung dengan batu-batunya adalah wakil ketegasan. Ketika keduanya berpelukan dengan penuh kemesraan, ia menghasilkan cahaya terang kesejukan. Ia seperti sedang mau berpesan pada manusia (khususnya pemimpin), jadilah sekeras batu dalam mendidik diri sendiri, selembut air dalam melayani orang lain. Dan sebagai hasilnya, engkau pun jadi bercahaya penuh kesejukan.
Dalam senyumanlah letak kebahagiaan. Dalam senyuman itulah tersembunyi persahabatan dengan kehidupan.
we are what we think, we are what we choose.
Kita menjadi sebagaimana pilihan-pilihan kita dalam keseharian.
Siapa saja yang rajin berlatih menerangi diri dengan kesadaran, menjauh dari hawa nafsu, hidup menjadi segenggam puisi dan sekeranjang matahari.
Bila makna-makna puisi ini menjadi pedoman keseharian, ia berubah menjadi matahari kesadaran yang menerangi.
Jadilah sekumpulan pembawa cahaya di tengah-tengah pekatnya kegelapan kemarahan, keserakahan, kebencian, kebingungan, ketidakpuasan.
Bersama-sama kita doakan, semoga semua mahluk berbahagia.